Memasuki musim pancaroba, penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) menjadi momok yang sangat menakutkan, apalagi bagi negara tropis seperti Indonesia. Bagaimana tidak, penyakit ini banyak menelan korban jiwa, terlebih anak-anak. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia hingga April 2020, jumlah kasus DBD di Indonesia mencapai 49.931 ribu. Yang mana, 29 persennya dialami oleh anak berusia 5-14 tahun.
Tingginya angka tersebut utamanya disebabkan pada kondisi anak yang memang rentan terkena infeksi virus dengue. Berkaca pada data tersebut, sudah semestinya sebagai orangtua penting mengetahui gejala demam berdarah mengingat dampaknya yang cukup berbahaya untuk Si Kecil.
Ini Bahayanya Jika Telat Menyadari Gejala Demam Berdarah Dengue pada Anak
Penyakit DBD disebabkan oleh infeksi virus dengue yang ditularkan lewat gigitan nyamuk betina berjenis Aedes Aegypti. Pada beberapa kasus, DBD ringan pada anak hanya menimbulkan gejala demam saja. Namun, kondisi tersebut sebaiknya tak diabaikan, sebab jika tidak ditangani dengan tepat, kondisi anak dapat semakin parah dan bahkan sampai menyebabkan komplikasi serius, seperti dengue shock syndrome (DSS).
Pada anak, gejala DSS meliputi:
- Tekanan darah menurun
- Denyut nadi melemah
- Mengalami pendarahan dari bagian tubuh mana pun, seperti hidung, mulut, gusi, hingga feses
- Kegagalan fungsi organ
- Kebocoran pembuluh darah
- Menurunnya jumlah trombosit hingga di bawah angka 100.000/mm3
DSS dapat menyebabkan anak kehilangan trombosit semakin banyak dan mengalami kegagalan sistem organ yang bisa berujung kematian. Komplikasi ini umumnya muncul bila demam berdarah dengue tidak telat diobati.
Kenali Gejala-Gejala Demam Berdarah pada Anak
Gejala demam berdarah pada anak baru akan muncul setelah 4-7 hari sejak digigit nyamuk Aedes Aegypti. Adapun gejala demam berdarah pada anak yang mesti orangtua kenali, di antaranya:
- Demam mencapai 40 derajat Celcius
- Muncul ruam kulit
- Mual dan muntah
- Nyeri di belakang bola mata, sendi, otot, dan tulang
- Nyeri perut
- Turunnya nafsu makan
- Mengalami pendarahan pada gusi dan hidung
Penting diingat, DBD pada anak akan memasuki fase kritis selama 2-3 hari. Fase ini kerap mengecoh orangtua karena gejala seperti demam akan turun dengan sendirinya. Yang mana hal tersebut sering disalahartikan sebagai proses penyembuhan. Padahal, di fase ini orangtua justru harus waspada, karena anak bisa saja mengalami sindrom syok dengue (DSS).
Pentingnya Menjaga Kebersihan Lingkungan agar Terhindar dari Nyamuk Demam Berdarah
Mencegah demam berdarah pada anak sebenarnya bisa dilakukan dengan cara sederhana. Salah satunya dengan menjaga kebersihan lingkungan dan diri sendiri. Bahkan, pemerintah melalui Kementerian Kesehatan sudah sejak lama menggaungkan program 3M dari lingkup keluarga hingga RT dan RW untuk mencegah penyebaran penyakit DBD di masyarakat. Program 3M sendiri mencakup membersihkan tempat penampungan air, menutup wadah air, serta mendaur ulang barang bekas yang berpotensi menjadi sarang nyamuk Aedes Aegypti.
Selain itu, menjaga kebersihan tangan Si Kecil juga tak kalah penting untuk mencegah penyakit DBD. Supaya kegiatan mencuci tangan anak semakin menyenangkan, pilih sabun cuci tangan Lifebuoy Sabun Cuci Tangan Total 10 yang mengandung ActivSilver Formula untuk perlindungan terhadap 10 kuman penyebab masalah kesehatan yang berevolusi semakin kuat. Formula mutakhirnya terbukti memberikan perlindungan secara total dan menyeluruh pada kulit.