Yuk Mengenal Varian Baru Virus Corona Agar Kita Bisa Mencegah dan Tidak Mudah Tertular
Pandemi yang tak kunjung usai hingga munculnya varian baru virus corona semakin membuat kekhawatiran masyarakat bertambah

Belakangan ini masyarakat Indonesia terus dibanjiri informasi seputar varian baru virus corona atau Covid-19. Varian baru ini terjadi karena virus melakukan mutasi yang membuatnya berkembang biak dan merusak sel-sel yang ada di dalam tubuh. Virus corona sendiri sudah bermutasi menjadi beberapa varian virus baru seperti varian B.1.3.5.1, varian P.1, B.1.1.7 dan yang sedang ramai diperbincangkan saat ini yaitu varian baru E484K.
Lantas, apa perbedaan virus corona sebelumnya atau varian B.1.1.7 dengan varian terbaru E484K ini? Untuk mengetahuinya lebih jelas, yuk simak perbedaannya berikut.
1. Mutasi Virus Corona B.1.1.7
Setahun sejak munculnya kasus pertama pandemi Covid-19 di Indonesia, masyarakat dihebohkan kembali dengan adanya kasus mutasi virus corona B.1.1.7. Mutasi virus corona B.1.1.7 ini berasal dari Inggris dan memiliki tingkat penyebaran 70% lebih tinggi dari varian sebelumnya.
Sementara, itu, jika dilihat dari gejala yang ditimbulkan, varian B.1.1.7 ini masih sama dengan beberapa varian terdahulu. Gejala-gejala seperti demam, batuk, sesak napas, gangguan penciuman serta diare juga terjadi pada kasus infeksi corona di varian ini.
Meski tidak jauh berbeda dari varian terdahulu, kamu tetap harus berhati-hati dan disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan. Menurut penelitian, tingkat penyebaran mutasi virus corona ini sangat tinggi. Bahkan bukan hanya mereka yang belum pernah terinfeksi Covid-19, tetapi para penyintas yang sudah sembuh pun bisa terinfeksi kembali dengan varian baru virus ini.
Berikut 3 hal yang harus diperhatikan mengenai mutasi virus B.1.1.7
a. Cara penyebaran yang lebih cepat
Mutasi virus B.1.1.7 ini memiliki tingkat penyebaran yang sangat cepat bila dibandingkan dengan varian Covid-19 yang lain. Hal ini karena virus pada varian baru ini lebih mudah menempel pada sel inang, dan menginfeksinya.
Namun, dari tingkat keparahan, varian B.1.1.7 ini tidak lebih berbahaya dan cenderung sama dengan varian sebelumnya. Hanya tingkat penyebarannya saja yang lebih cepat hingga banyak orang menjadi lebih mudah terinfeksi.
b. Cara replikasi virus hampir sama dengan virus SARS-Cov-2
Meskipun sudah bermutasi, varian virus B.1.1.7 ini memiliki struktur yang hampir sama dengan varian awal virus corona yaitu SARS-Cov-2. Kasus SARS-Cov-2 yang muncul pertama kali di Wuhan China ini semakin bervariasi di berbagai negara terutama karena kasus yang semakin banyak dan tidak terkendali.
c. Gejala infeksi menyerupai varian virus corona sebelumnya
Gejala dari varian B.1.1.7 pun sama dengan beberapa varian sebelumnya. Mulai dari gejala umum seperti demam, batuk, dan sesak napas. Sampai hipoksia atau rendahnya kadar oksigen di sel dan jaringan serta berkurangnya indera penciuman (anosmia).
2. Mutasi Virus Corona E484K
Tidak berhenti di varian B.1.1.7, kini virus corona sudah bermutasi menjadi varian E484K. Varian ini berasal dari mutasi B.1.1.7 asal Inggris dan dikabarkan lebih ganas dari varian-varian sebelumnya.
Di Indonesia, kasus varian E484K sudah ditemukan di DKI Jakarta pada Februari 2021 silam. Gejala dari varian ini pun sama seperti gejala-gejala sebelumnya. Tidak ada gejala baru yang spesifik dari varian ini.
Untuk mengetahui perbedaannya dengan varian B.1.1.7, berikut 3 hal yang harus kamu ketahui tentang varian baru virus corona ini.
a. Lebih kebal terhadap antibodi
Menurut peneliti dari Harvard University, Alejandro Balazs, varian baru virus corona ini bisa melawan balik antibodi dari vaksin Covid-19. Vaksin yang seharusnya menciptakan antibodi untuk memperkuat kekebalan tubuh menjadi kebal terhadap virus karena mutasi virus ini belum dikenali oleh vaksin tersebut.
Hal ini juga berdampak terhadap efikasi pada vaksin. Beberapa efikasi vaksin mengalami penurunan seperti Pfizer dan Moderna. Selain itu, vaksin lainnya seperti Novavax, Astrazeneca dan Johnson & Johnson juga mengalami penurunan yang lebih besar dibandingkan vaksin Pfizer dan Moderna.
Meski mengalami penurunan, para peneliti menghimbau untuk tetap dilakukan vaksinasi untuk menghindari gejala parah dari varian baru tersebut. Dengan vaksinasi, kekebalan tubuh menjadi meningkat dan lebih terlindungi dari serangan virus ataupun bakteri.
b. Penularan virus lebih cepat
Mutasi virus baru ini memiliki penularan yang lebih cepat dibanding varian sebelumnya. Hal ini terjadi karena virus gencar melakukan replikasi dan terus berkembang biak di dalam tubuh seseorang. Seseorang yang terinfeksi varian baru virus corona akan lebih cepat menularkan virus tersebut kepada orang lain. Terutama apabila orang-orang disekitarnya memiliki sistem imun yang rendah serta memiliki penyakit penyerta atau komorbid.
Terus patuhi protokol pemerintah untuk selalu memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak untuk mencegah penularan virus. Bagi kamu yang aktif beraktivitas di luar, jangan lupa untuk selalu mencuci tangan atau memakai hand sanitizer seperti Lifebuoy Hand Sanitizer Care dan Sabun Cuci Tangan Lifebuoy Total 10 yang mengandung dengan kandungan Activ Silver+ Formula yang dapat melindungi pertahanan alami kulitmu dalam melawan kuman kuat.
Selebihnya dari Lifebuoy:
Sering Dikira Sama, Ini 5 Perbedaan Gejala Selesma dan Flu
Gejala penyakit selesma sering dianggap sebagai flu. Padahal penyakit selesma dan flu berbeda. Berikut 5 perbedaan gejala selesma dan flu.
3 min read
Bau Badan
Untuk anda yang sering beraktifitas diluar rumah, tentunya ingin terhindar dari bau badan. Yuk, simak informasi menarik seputar bau badan disini!
Apa yang Dimaksud Infeksi Saluran Pernapasan Atas dan Bawah?
Penyakit infeksi pernafasan terbagi menjadi dua jenis, yakni infeksi saluran pernafasan atas dan bawah. Lalu, apa beda keduanya? Yuk, cari tahu di sini!
Bagaimana Proses Pembentukan Antibodi Tubuh?
Proses pembentukan antibodi tubuh terbagi dalam dua, secara alami dan melalui antigen. Sistem imun yang buruk dapat menyebabkan timbulnya berbagai penyakit.