Kuman merupakan mikroorganisme yang keberadaannya dapat mengakibatkan beragam risiko infeksi. Ia bisa masuk ke dalam tubuh kapan saja dan menyebabkan tubuh mudah terserang penyakit. Kendati demikian, eksistensi makhluk hidup berukuran sangat kecil ini masih saja dianggap remeh oleh sebagian orang. Banyak dari mereka yang masih menganggap bahwa infeksi kuman, khususnya bakteri dapat segera diatasi hanya dengan pemberian antibiotik. Faktanya, setiap waktu kuman akan berevolusi dan akan semakin membahayakan kesehatan keluarga.
Penggunaan antibiotik memang bisa membantu mengatasi infeksi bakteri. Namun, antibiotik hanya membunuh bakteri tertentu yang bersifat lemah. Sementara itu, bakteri yang lebih kuat justru akan memicu timbulnya infeksi baru. Sekilas, penggunaan antibiotik tampak seperti seleksi alam bagi mikroorganisme tersebut, dimana yang lemah akan terseleksi dan hanya menyisakan bakteri yang lebih kuat.
Methicillin-Resistant Staphylococcus Aureus (MRSA) merupakan salah satu dari sekian banyak bakteri yang bersifat kebal terhadap antibiotik. Bakteri bernama Staphylococcus aerus ini menjadi kebal terhadap antibiotik jenis methicillin. Padahal, methicillin disinyalir terbukti efektif mengatasi penyakit akibat infeksi bakteri staphylococcus pada tahun 1959. Sampai saat ini, fakta akan kebalnya bakteri Staphylococcus ini menyerap perhatian banyak ilmuwan. Salah satunya adalah Roy Kishony, seorang peneliti dari Harvard University yang bersama rekan-rekannya berupaya meneliti bagaimana cara bakteri dan virus berevolusi.
Bukti lain dari evolusi bakteri dan virus tersebut juga termasuk pada pemberian vaksin flu yang disarankan dilakukan setiap tahun oleh Centre for Disease Control and Prevention (CDC) sejak tahun 2010. Tujuannya ialah agar kesehatan keluarga bisa tetap terjaga, mengingat materi genetik dan komposisi kuman terus mengalami perubahan. Jika antibiotik dan vaksin yang ada tidak ditinjau ulang, maka dikhawatirkan keduanya tidak akan efektif lagi dalam mengatasi infeksi akibat bakteri dan virus terkait.
Selain bakteri dan virus yang terus berevolusi, ternyata masih ada faktor lain yang juga bisa mempengaruhi meningkatnya frekuensi terjadinya penyakit. Salah satunya adalah tingkat kemakmuran masyarakat yang rendah. Penduduk miskin seringkali kesulitan untuk menjangkau fasilitas kesehatan, sehingga berdampak pada rendahnya tingkat kesehatan mereka. Faktor perpindahan penduduk atau migrasi juga bisa meningkatkan risiko seseorang untuk terserang penyakit tertentu. Oleh karena itu, diperlukan pemahaman yang cukup mengenai upaya pencegahan yang perlu dilakukan guna melawan infeksi bakteri dan virus yang terus berevolusi.
Evolusi virus dan bakteri sendiri memang tidak bisa dicegah. Dengan semakin kuatnya virus dan bakteri di sekitar kita, maka kita perlu mencari perlindungan terbaik untuk membentengi tubuh dari serangan keduanya. Sebagai perlindungan awal, biasakan keluarga Anda untuk rajin cuci tangan pakai sabun sebelum makan dan setelah beraktivitas. Dengan begitu diharapkan kesehatan keluarga bisa tetap terjaga dengan baik.