Tips Isolasi Mandiri untuk Anak yang Positif COVID-19
Virus COVID-19 dapat menginfeksi siapa pun, termasuk anak-anak. Makanya, penting bagi setiap orangtua untuk tahu panduan isolasi mandiri (isoman) untuk anak.

Virus COVID-19 dapat menginfeksi siapapun tanpa pandang bulu, termasuk anak-anak. Berdasarkan data dari situs Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Indonesia, per 25 Juni 2021 diketahui sebanyak 12,6 persen anak-anak Indonesia terkonfirmasi positif COVID-19. Merujuk data tersebut, dapat dikatakan bahwa 1 dari 8 kasus COVID-19 di Indonesia sejak awal pandemi adalah anak-anak. Berbeda dengan orang dewasa, penanganan isolasi mandiri pada anak-anak tentu membutuhkan perhatian lebih. Untuk itu, penting bagi setiap orangtua untuk tahu panduan isolasi mandiri (isoman) untuk anak. Gejala COVID-19 Pada Anak Data dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyebutkan bahwa anak-anak dengan rentang usia 0-5 tahun menyumbang kasus positif COVID-19 sebanyak 2,9 persen. Sementara prevalensi COVID-19 pada anak usia 6-18 tahun mencapai 9,7 persen. Data tersebut dihimpun per 25 Juni 2021. Tingginya kasus COVID-19 pada anak ini tidak boleh dianggap remeh. Tanpa penanganan yang tepat, nyawa anak jadi taruhannya.
Lantas, apa saja gejala COVID-19 pada anak?
Pada prinsipnya, gejala COVID-19 pada anak serupa dengan yang dialami oleh orang dewasa. Sebagian besar anak yang terinfeksi virus ini mungkin mengalami gejala ringan hingga sedang, dan akan pulih dengan sendirinya tanpa perlu memerlukan perawatan medis di rumah sakit. Kendati begitu, orangtua tetap harus waspada bila Si Kecil mengeluhkan sejumlah gejala di bawah ini.
- Demam tinggi di atas 37 derajat celcius
- Pilek atau hidung tersumbat
- Kehilangan indra penciuman
- Radang tenggorokan
- Batuk
- Sesak napas
- Diare
- Mual atau muntah
- Sakit perut
- Sakit kepala
- Lemas, lesu, dan tidak bersemangat
- Hilangnya nafsu makan, terutama pada bayi yang usianya di bawah 1 tahun
Si Kecil mungkin dapat mengeluhkan satu, dua, atau bahkan beberapa gejala yang sudah disebutkan di atas. Mengingat gejala COVID-19 ini mirip dengan demam dan batuk yang umum dialami oleh anak-anak, ada baiknya orangtua segera membawa anak untuk tes antigen atau PCR guna memastikan apakah mereka terinfeksi virus corona atau tidak.
Kondisi yang Perlu Diwaspadai Orangtua

Penting untuk dipahami bahwa meski gejala COVID-19 tampak ringan dan seperti penyakit biasa, bila dibiarkan tanpa pengobatan yang tepat gejalanya dapat berkembang menjadi kondisi yang lebih serius, seperti syok sepsis. Tak hanya itu, kondisi ini juga dapat menyebabkan gagal napas akut yang sangat berbahaya. Jika sudah mengalami gagal napas akut, maka anak-anak berisiko tinggi mengalami kondisi long-haul COVID-19 setelah sembuh.
Oleh karena itu, segera bawa anak ke rumah sakit terdekat bila Si Kecil mengeluhkan
sejumlah gejala di bawah ini.
- Anak kurang aktif, dan lebih banyak tidur
- Tidak nafsu makan atau tidak bisa makan dan minum
- Napasnya memburu atau cepat
- Terdapat cekungan di dada, hidungnya kembang kempis
- Saturasi oksigen menunjukkan angka 95%
- Mata cekung
- Frekuensi buang air kecil anak berkurang
- Mata merah, muncul ruam kemerahan di kulit, dan leher bengkak
- Demam lebih dari 7 hari
- Anak mengalami penurunan kesadaran
- Kejang
Syarat Isoman Pada Anak
Tidak semua anak yang terinfeksi COVID-19 dapat melakukan isolasi mandiri.
Mengutip dari Buku Diary Panduan Isolasi Mandiri Anak dengan COVID-19 yang
disusun IDAI, berikut syarat syarat lengkap isolasi mandiri untuk anak.
- Anak tidak mengeluhkan gejala tapi terkonfirmasi positif COVID-19 (asimptomatik)
- Anak terkonfirmasi positif COVID-19 dan mengeluhkan gejala ringan, seperti batuk, pilek, demam, diare, mual dan muntah, dan muncul ruam di kulit
- Kondisi anak dalam keadaan aktif, masih bisa makan minum dan bermain
- Anak dapat menerapkan etika batuk yang baik dan benar, yakni menutup mulut dengan lengan atas bagian dalam
- Rutin cek suhu tubuh anak setidaknya 2 (dua) kali sehari pada pagi dan malam hari
- Pastikan lingkungan tempat anak isoman memiliki ventilasi yang baik, tidak pengap dan sirkulasi udara lancar
Panduan Isolasi Mandiri (Isoman) untuk Anak Menurut IDAI

Simak baik-baik, di bawah ini adalah panduan isolasi mandiri (isoman) untuk anak berdasarkan rekomendasi IDAI.
1. Siap sedia alat kesehatan
Ada dua alat kesehatan yang perlu orangtua persiapkan di rumah atau selama menemani anak menjalani isolasi mandiri. Alat tersebut meliputi termometer untuk mengukur suhu tubuh anak dan oxymeter sebagai alat pengukur oksigen dan frekuensi nadi.
2. Sedia sedia obat
Selain alat kesehatan, selama menjalani isolasi mandiri di rumah, orangtua juga harus menyiapkan sejumlah obat dan multivitamin untuk anak. Obat dan multivitamin ini berfungsi untuk meringankan gejala yang dikeluhkan anak sekaligus meningkatkan sistem imun Si Kecil, sehingga kondisinya dapat cepat pulih dari infeksi. Di bawah ini adalah daftar obat yang perlu disiapkan selama anak isoman.
- Obat demam (dapat dibeli tanpa resep dokter di apotek, toko obat, mini market, swalayan, hingga warung)
- Vitamin C
- usia 1-3 tahun maksimal 400 mg/hari
- usia 4-8 tahun 600 mg/hari
- usia 9-13 tahun 1200 mg/hari
- usia 14-18 tahun maksimal 1800 mg/hari
- Vitamin D3
- usia 3 tahun 400 U/hari
- di atas 3 tahun 1000 U/hari
- remaja 2000 U/hari
- remaja obesitas 5000 U/hari
- usia 3 tahun 400 U/hari
- Zink
- 20 mg/hari dikonsumsi setiap hari selama 14 hari
3. Tidak bepergian
Selama menjalani masa isolasi mandiri, baik anak yang terkonfirmasi positif COVID-19 maupun yang mendampingi sang anak diimbau untuk tetap di rumah dan tidak bepergian ke mana-mana. Hal ini sebagai upaya mencegah penularan infeksi COVID-19 ke lebih banyak orang.
Meskipun hanya di rumah saja, pastikan seluruh keluarga yang tinggal serumah dengan pasien tetap menjaga jarak dan menggunakan masker. Jangan lupa, pastikan pula bila pasien ditempatkan di tempat yang nyaman dengan sirkulasi udara yang baik. Selain itu, ruangan tempat anak isoman juga dianjurkan untuk didesinfektan secara berkala.
4. Menggunakan masker
Penggunaan masker idealnya diberikan saat usia anak 2 tahun ke atas atau yang sudah bisa menggunakan dan melepaskan masker sendiri. Ketika anak menggunakan masker, pastikan maskernya terpasang dengan tepat dan rapat, tidak ada celah di bagian kanan dan kiri pipi serta hidungnya. Anak diperbolehkan melepaskan maskernya saat tidur, ataupun ketika ia berada di ruangan sendiri, atau ada jarak 2 meter dari orang yang mendampinginya. Penggunaan masker ini juga penting diterapkan oleh orang yang akan mendampingi anak atau pihak yang akan menemui Si Kecil. Bila memungkinkan, pendamping dapat menggunakan pelindung mata, face shield, dan baju APD untuk menghindari penyebaran virus COVID-19. Selain itu, semua orang yang tinggal dalam satu rumah dengan anak yang terkonfirmasi COVID-19 juga harus menerapkan etika batuk dan bersin yang benar. Ketika batuk dan bersin, pastikan untuk menutup mulut dan hidung dengan tisu, lap kering, ataupun dengan lengan atas bagian dalam. Meski kesannya sepele, menerapkan etika bersin dan batuk yang baik ini efektif membantu mengurangi risiko penyebaran virus COVID-19.
5. Pantau kesehatan anak
Protokol isolasi mandiri lainnya yang perlu dilakukan oleh orangtua maupun orangsyang akan mendampingi anak adalah rutin memantau kesehatannya. Pastikan suhu tubuh anak diperiksa secara teratur pada pagi dan sore hari menggunakan termometer. Pantau juga saturasi oksigen dan frekuensi nadinya dengan oximeter. Waspada apabila saturasi oksigen anak berada di angka 95 persen dan anak bernapas dengan cepat. Adapun laju napas tanda bahaya COVID-19 pada anak, menurut IDAI meliputi:
- usia 2 bulan ≥ 60 x / menit
- usia 2-11 bulan ≥ 50 x / menit
- usia 1-5 tahun ≥ 40 x / menit
- usia lebih dari 5 tahun ≥ 30 x / menit
6. Penuhi asupan nutrisi anak
Pada anak bayi yang terkonfirmasi COVID-19, pemberian ASI tetap dapat dilakukan untuk membantu memenuhi asupan nutrisinya sekaligus membantu memperkuat sistem imun agar mereka dapat lekas pulih. Saat pemberian ASI, ibu dapat menggunakan alat perlindungan diri minimal masker. Pastikan sebelum dan setelah menyentuh dan menyusui bayi, ibu mencuci tangan terlebih dengan sabun dan air mengalir.
Sementara bagi bayi sehat dari ibu yang suspek COVID-19, sang bayi dapat tetap menyusu langsung dari payudara ibu. Jika kondisi ibu tidak memungkinkan merawat bayinya sendiri, maka pihak keluarga yang sehat dan berkompeten dapat merawat bayi, termasuk membantu memberikan asi perah selama ibu dalam masa perawatan. Ketika memberikan asi perah, pastikan botol asi yang digunakan dibersihkan terlebih dahulu. Bila memungkinkan, gunakan alat sterilisasi untuk memastikan kebersihannya.
Pada balita dan anak di atas lima tahun, orangtua juga diimbau untuk tetap memberikan makanan bergizi seimbang meliputi karbohidrat, serat, protein, lemak baik, dan vitamin serta mineral. Ketimbang makan-makanan prosesan yang tinggi gula, lemak, dan garam, orangtua dapat memperbanyak asupan buah-buahan, sayur-mayur, dan berbagai panganan sehat lainnya.
7. Jaga kebersihan tubuh anak
Menjaga kebersihan tubuh anak juga jadi bagian dari protokol isolasi mandiri untuk anak. Salah satu upaya menjaga kebersihan tubuh anak adalah dengan rajin cuci tangan pakai sabun. Kebiasaan cuci tangan ini tidak hanya dianjurkan bagi anak-anak yang sudah terkonfirmasi COVID-19 saja, tapi seluruh anggota keluarga di rumah. Cuci tangan pakai sabun sendiri telah terbukti efektif untuk mencegah penularan virus corona. Pasalnya, tangan yang bersih setelah dicuci pakai sabun dapat mengurangi risiko masuknya virus ke dalam tubuh.
Namun, mencuci tangan tidak sesederhana mengenai air ke permukaan tangan saja. Ada sejumlah teknik yang perlu diikuti agar kotoran dan kuman-kuman yang menempel di tangan dapat benar-benar hilang. Berikut langkah mencuci tangan yang baik dan benar:
- Basahi kedua tangan, tepatnya dari telapak tangan sampai pertengahan lengan dengan air bersih yang mengalir. Air yang digunakan bisa hangat ataupun dingin.
- Tuangkan sabun secukupnya dan gosok ke kedua tangan hingga merata ke seluruh permukaan tangan.
- Gosok area punggung tangan dan sela jari.
- Gosok telapak tangan dan sela jari dengan posisi saling bertautan.
- Gosok punggung jari ke telapak tangan dengan posisi saling bertautan.
- Gengggang dan basuh ibu jari dengan air dengan posisi memutar.
- Gosok bagian ujung jari ke telapak tangan supaya sabun juga mengenai bagian kuku.
- Bilas tangan yang terkena sabun dengan air bersih mengalir.
- Keringkan tangan dengan tisu atau lap kering.
Perkuat perlindungan tubuh anak maupun anggota keluarga lainnya dari virus dan kuman penyebab penyakit dengan memilih produk sabun yang tepat. Gunakan rangkaian Lifebuoy Total 10 yang tersedia dalam bentuk sabun mandi, sabun pencuci tangan, dan hand sanitizer. Dengan formula ActivSilver+ dan timol, Lifebuoy Total 10 efektif membantu membersihkan dan menghilangkan kuman yang menempel di kulit sekaligus membuat kulit terasa lebih bersih dan segar.
Sumber:
https://www.cnbcindonesia.com/lifestyle/20210709122248-33-259564/
https://covid19.go.id/edukasi/masyarakat-umum/panduan-isolasi-mandiri-anak-dengan-covid-19
https://www.idai.or.id/tentang-idai/pernyataan-idai/buku-diary-panduan-isolasi-mandiri-anak-dengan
https://nasional.kompas.com/2021/06/25/13094331/data-pemerintah-ungkap-126-persen
Selebihnya dari Lifebuoy:
Beli Lifebuoy Gratis Perlengkapan Olahraga!
Jangan lewatkan promo undian berhadiah dari Lifebuoy! Kali ini Cukup dengan membeli sabun Lifebuoy cair di minimarket terdekat, Anda bisa mendapat perlengkapan olahraga gratis
10 Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Yang Bisa Dimulai Dari Rumah
Pentingnya menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, yang bisa dimulai dari diri sendiri dan keluarga di rumah.
3 min read
Mengenali Anatomi Lapisan Kulit dan Fungsinya Melindungi Tubuh
Anatomi lapisan kulit manusia melindungi dari mikroba dan elemen-elemen lain, serta berbagai faktor eksternal. Pahami cara kerja lapisan kulit dan menjaganya.
Hal-hal yang Harus Diketahui tentang Toksoplasma
Hal-hal yang Harus Diketahui tentang Toksoplasma - Lifebuoy