Pengertian
Difteri merupakan penyakit infeksi akut yang sangat menular dan bisa mengancam nyawa jika tidak segera ditangani. Difteri biasanya terjadi pada tenggorokan, hidung, terkadang pada kulit dan telinga.
1. Penyebab
Difteri disebabkan oleh bakteri berbentuk batang yang bernama Corynebacterium diphtheria. Bakteri ini menyebar melalui tiga rute:
- Bersin atau batuk. Ketika orang yang terinfeksi bersin atau batuk, uap yang terkontaminasi akan dilepaskan dan memungkinkan orang di sekitarnya untuk terpapar bakteri tersebut.
- Kontaminasi barang pribadi. Difteri bisa tertular melalui barang-barang pribadi orang yang terinfeksi. Misalnya, jika menggunakan gelas bekas penderita yang belum dicuci.
- Kontaminasi barang rumah tangga. Meskipun jarang, difteri juga bisa menyebar melalui barang-barang rumah tangga yang biasanya dipakai secara bersamaan, misalnya handuk atau mainan.
Selain itu, Anda juga bisa terkena difteri apabila menyentuh luka orang yang sudah terinfeksi.
Diagnosis
Diagnosis difteri dapat melalui wawancara pasien dan pemeriksaan fisik. Cara yang lebih akurat untuk mengetahui penyakit ini adalah dengan identifikasi menggunakan kultur dari swab tenggorok maupun pewarnaan gram.
Gejala
Gejala yang timbul pada penderita difteri tergantung di mana bakteri tersebut berkembang biak. Difteri sendiri dikenal dengan empat tipe:
- Difteri Hidung
Bermula dari seperti gejala flu, tetapi kemudian cairan hidung yang keluar tercampur darah sedikit.
- Difteri Faring dan Tonsil
Berupa radang pada selaput lendir dan tidak membentuk jaringan tipis.
- Difteri Laring dan Trakea
Pada difteri ini, penderita mengalami kesulitan mengeluarkan suara, sesak napas, napas berbunyi, demam tinggi hingga 40 derajat Celcius, kulit tampak kebiruan, dan pembengkakan pada kelenjar leher.
- Difteri Kulit
Terdapat luka mirip sariawan pada kulit dan alat kelamin, disertai dengan timbulnya jaringan di atasnya. Pada kondisi ini, luka yang terjadi cenderung tidak terasa apa-apa.
2. Komplikasi
Jika difteri tidak segera diatasi, komplikasi yang mungkin bisa terjadi adalah:
- Masalah pernapasan
Sel-sel yang mati akibat racun yang diproduksi bakteri difteri akan membentuk jaringan berwarna abu-abu. Jaringan ini dapat menghambat pernapasan.
- Kerusakan jantung
Selain paru-paru, racun difteri berpotensi masuk ke jantung dan menyebabkan masalah, seperti detak jantung yang tidak teratur, gagal jantung, dan kematian mendadak.
- Kerusakan saraf
Racun dapat menyebabkan penderita sulit menelan, mengalami masalah saluran kencing, kelumpuhan pada diafragma, serta pembengkakan saraf tangan dan kaki.
- Difteri hipertoksik
Difteri hipertoksik ini merupakan komplikasi yang terparah, karena dapat memicu pendarahan yang parah dan gagal ginjal.
3. Pencegahan
Difteri dapat dicegah dengan pemberian imunisasi DPT (difteri, pertusis, dan tetanus). Imunisasi ini diberikan sebanyak lima kali sejak anak berusia dua bulan hingga enam tahun.
Ada beberapa efek samping dari imunisasi ini. Beberapa anak akan mengalami demam ringan, rewel, terlihat lemah, dan bengkak pada area bekas suntikan. Tanyakan kepada dokter mengenai hal yang perlu Anda lakukan untuk meminimalkan efek samping ini.
Selain dari imunisasi untuk memperkuat sistem kekebalan tubuh, ada beberapa tips umum pencegahan penting lainnya yang tidak boleh terlupa untuk dilakukan, agar terhindar dari penularan infeksi difteri.
- Perhatikan kebersihan tangan. Mencuci tangan, terutama dengan sabun dan air mengalir sangat penting. Pastikan bahwa, sebelum menyentuh mata ,hidung, atau mulut, pastikan bahwa tangan Orang Tua dan Anak sudah bersih. Jangan malas atau enggan mencuci tangan.
- Jika sedang sakit (batuk, sakit tenggorokan, bersin), sebaiknya menggunakan masker.
- Menghindari kontak fisik yang erat seperti berpelukan atau berbagi alat makan dan minum dengan orang yang sedang sakit.
Pengobatan
Secara umum, pasien difteri sebaiknya diisolasi sampai masa akut terlampaui, yakni biasanya sampai 2-3 minggu. Dalam masa isolasi ini, pasien harus beristirahat dengan berbaring, mencukupi kebutuhan cairan, menerapkan diet yang sesuai dengan petunjuk dokter, dan menjaga agar napas tetap bebas.
Pasien juga akan diberikan antitoksin anti-diphtheria serum (ADS) yang diberikan segera setelah terbukti terjangkit. Steroid diberikan bila terdapat gejala sesak pada saluran napas. Selain itu, pasien disarankan untuk tidak dirawat di rumah agar tidak menularkan kepada orang lain.
Setelah pulih dari difteri, Anda harus melakukan vaksin difteri secara penuh untuk mencegah kekambuhan. Pernah menderita difteri tidak menjamin Anda akan memiliki kekebalan seumur hidup. Anda bisa mengalami difteri lebih dari sekali jika tidak mendapatkan imunisasi lengkap.