1. Pengertian
Demam tifoid merupakan penyakit yang terjadi akibat infeksi bakteri Salmonella typhi. Demam ini secara umum menyerang penderita dalam kelompok usia 5-30 tahun. Masa inkubasi dari bakteri umumnya dapat bervariasi juga, mulai dari 3 hari hingga 60 hari.
Hingga saat ini, demam tifoid masih menjadi masalah kesehatan di berbagai negara, terutama di negara berkembang. Di Indonesia, angka kejadian demam tifoid cukup tinggi, dan hal ini berkaitan dengan kebersihan lingkungan dan sanitasi yang belum memadai.
2. Diagnosis
Diagnosis demam tifoid umumnya dapat ditentukan setelah dilakukan wawancara medis yang mendetail, pemeriksaan fisik lengkap, dan pemeriksaan penunjang.
Wawancara medis dapat mencakup riwayat keluhan yang dialami, serta faktor risiko seperti riwayat konsumsi makanan dengan kebersihan yang kurang baik. Pemeriksaan fisik juga dapat dilakukan oleh dokter untuk memastikan arah diagnosis.
Selain itu, pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk memastikan diagnosis adalah uji Widal serta pemeriksaan IgG dan IgM Salmonella typhi. Pemeriksaan biakan/ kultur darah dan Polymerase Chain Reaction (PCR) merupakan pemeriksaan definitif baku emas yang dapat dilakukan untuk mengidentifikasi bakteri.
Namun, keduanya jarang dilakukan karena membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang cukup tinggi. Lagi pula, secara umum tifoid dapat terdiagnosis dari gejala umum dan pemeriksaan lain yang lebih sederhana.
3. Gejala
Gejala demam tifoid sangat luas dan bervariasi. Pada umumnya, seseorang dicurigai terkena demam tifoid bila mengalami demam lebih dari 7 hari dan tidak mereda dengan penggunaan obat penurun panas. Demam juga dapat makin tinggi secara bertahap setiap harinya, dan bila tidak ditangani, dapat berlangsung hingga 3 minggu.
Keluhan lain yang menyertai demam dapat berupa:
Rasa lemah
Nyeri kepala
Nyeri pada persendian
Nyeri pada otot-otot tubuh
Perut terasa kembung atau nyeri
Diare atau sulit buang air besar
Mual dan muntah
Batuk
Tampak gelisah
Bila tidak ditangani dengan tepat, demam tifoid juga dapat menimbulkan komplikasi, baik pada saluran pencernaan, hati, jantung, atau sistem persarafan.
4. Pengobatan
Sering dikatakan bahwa penanganan yang terbaik adalah pencegahan. Untuk mencegah tertular demam tifoid, disarankan untuk tidak mengonsumsi makanan yang diduga telah tercemar oleh lalat, atau yang kebersihannya tidak terjamin. Hal ini akan mengurangi risiko Anda untuk terinfeksi bakteri Salmonella typhi.
Jika seseorang diduga terkena demam tifoid, disarankan untuk langsung berobat ke dokter. Sementara itu, jika telah didiagnosis mengalami demam tifoid, umumnya akan mendapatkan penanganan berikut ini:
Bed rest.
Asupan nutrisi yang sesuai untuk penderita. Bila penderita memiliki kesulitan asupan dikarenakan mual dan muntah, asupan tambahan dapat diberikan melalui cairan infus sesuai anjuran dokter.
Pemberian antibiotik sesuai anjuran dokter, dengan mempertimbangkan derajat beratnya penyakit serta sensitivitas individu terhadap antibiotik tersebut.
Pemberian obat penurun demam.
Pemberian obat untuk gejala-gejala lainnya seperti mual, muntah, nyeri perut, gangguan buang air besar, dan sebagainya, sesuai dengan keluhan yang dialami oleh pasien.
5. Penyebab
Demam tifoid diakibatkan oleh infeksi bakteri Salmonella typhi, dan sebagian kecil juga dapat diakibatkan oleh Salmonella paratyphi A, B, atau C.
Demam tifoid sendiri dapat ditularkan secara fekal-oral, yakni dari kotoran ke mulut. Hal ini dapat terjadi bila kuman dari kotoran diangkut oleh lalat, yang kemudian meninggalkan kotoran tersebut pada makanan yang akan disantap oleh seseorang.
Karena itu, kebersihan lingkungan memegang peran yang sangat penting dalam penularan demam tifoid. Sangat disarankan juga untuk tidak mengonsumsi makanan yang diduga tercemar atau yang kebersihannya patut dipertanyakan.